Thursday, March 14, 2019

KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL


OLEH: TOTO SUHARYA

“Sekolah tanpa masalah adalah pekuburan”.  (Chatib, 2011, hlm.6). Selanjutnya Beliau mengatakan bahwa sekolah berkualitas adalah sekolah yang mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya.  “Matilah sekolah jika sudah tidak punya masalah”. Ini pendapat saya, beda redaksi saja dengan pendapat Munif Chatib. Apapun masalah di sekolah, itu ujian agar sekolah selalu meningkatkan kualitasnya.

Masalah pertama yang selalu timbul di sekolah adalah konflik internal antar warga sekolah. Konflik didasari oleh hubungan antar personal yang tidak harmonis akibat perbedaan karakter dan gaya komunikasi. Guru dari berbagai latar belakang pendidikan, memiliki karakter dan gaya komunikasi berbeda. Guru selayaknya memiliki kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Sekalipun kecerdasan ini tidak dimiliki oleh setiap orang, mau tidak mau seleksi guru harus memilih orang-orang yang memiliki dua kecerdasan ini.

Untuk para guru, kecerdasan intrapersonal dan interpersonal di atas, dituangkan dalam Permendikbud. No. 16 tahun 2007 tentang Kompetensi Guru, yaitu kompetensi kepribadian dan sosial. Berbahaya jika guru tidak dipilih dari orang-orang yang tidak memiliki dua kompetensi ini.

Apa bahaya jika guru-guru yang tidak memiliki kompetensi kepribadian dan sosial? Masalah-masalah yang timbul di sekolah bukan masalah meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi masalah pribadi intra dan interpersonal guru. Kata orang Sunda, jika masalah di sekolah sudah seperti ini,  ibarat “cul dogdog tinggal igel”. Artinya pendidikan menjadi tanpa kendali seperti orang menari tanpa iringan gendang, atau bagai layang-layang putus dari tangan tak tentu arah. Sekolah sibuk menyelesaikan masalah kepribadian dan hubungan sosial antar guru, sedangkan siswa yang harus dikembangkan kecerdasannya terbengkalai.

MANUSIA DEWASA HANYA 17 KALI TERTAWA DALAM  SEHARI, ANAK ANAK USIA 6 TAHUN 300 KALI SETIAP HARI. (STOLTZ, 2000, hlm. 58) 
Betul, tidak semua guru memiliki kecerdasan intra dan interpersonal, tetapi peraturan telah menunut semua guru harus memiliki kompetensi kepribadian dan sosial. Kasarnya, jika tidak mau mememuhuhi standar tersebut, lempar handuk putih saja, jangan jadi guru.

Hemat penulis perlu ada ukuran standar kompetensi kepribadian dan sosial guru yang bisa dipahami secara operasional. Standar kepribadian mutlak yang harus dimiliki oleh guru, pertama; Guru harus mampu menjaga pola pikirnya selalu positif. Untuk itu perlu banyak diadakan seminar motivasi tentang belajar ilmu berpikir positif. Konflik terjadi karena ada prilaku yang terbiasa berprasangka negatif terhadap kejadian. Prasangka negatif ini terus berkembang, menular dan bisa jadi mengganggu keharmonisan lingkungan sekolah dan ini merugikan lembaga pendidikan.

Standar kepribadian kedua adalah seorang guru wajib memiliki tingkat kesabaran tinggi. Allah bersama orang sabar ini dalilnya dari Al-Qur’an. Separoh agama adalah kesabaran. Seluruh Nabi memiliki tingkat kesabaran tinggi. Untuk mejadi pribadi sabar, rumusnya dilarang menyalahkan orang lain. Nabi Muhammad saw tidak marah dilempari sampai luka, karena Beliau tidak menyalahkan yang melempar tetapi memahami bahwa mereka yang melempar belum mengerti kebaikan yang diajarkannya.

Rasa marah muncul karena menilai orang lain salah dan saya benar. Menilai saya benar adalah perbuatan salah karena kebenaran hanya milik Allah. Kata-kata yang muncul saat marah sebagian besar hampir semua isinya menyalahkan, dan mengorek keburukan orang lain, dan lupa bahwa semua manusia tempatnya salah. Menjaga atau mengendalikan pikiran selalu positif dan tidak menyalahkan, serta mengorek keburukan orang lain, akan jadi dasar lahirnya pribadi guru yang ramah dan sabar.

Dalam kompetensi sosial standar prilaku yang harus dimiliki guru, pertama; taat pada aturan dan pemimpin yang ditunjuk sebagai pengambil keputusan. Ketaatan pada aturan akan menghindari konflik antar personal. Jika saja terjadi konflik, yang bermasalah bukan personal tetapi aturan. Diskusi-diskusi yang dikemukakan harus bagaimana memperbaiki aturan agar permasalahan bisa diminmalisir. Diskusi akan terkendali karena tidak saling menyalahkan, dan menyerang personal, tetapi mencari solusi untuk memperbaiki aturan. Jika mungkin diubah aturannya harus diubah, jika tidak bisa diubah harus bersabar karena jadi masukkan buat para pengambil keputusan. Selanjutkan untuk menunggu perubahan, gunakan kompetensi kepribadian dengan tetap optimis (positif) dan terus bersabar, berharap ada perubahan ke arah lebih baik.

Standar prilaku sosial guru yang kedua; membiasakan bicara, menyelesaikan masalah dalam saluran musyawarah. Dalilnya, “bermusyawarahlah” (Ali Imran, 3:159). Suka bermusyawarah adalah kompetensi sosial guru yang harus selalu dikembangkan di sekolah, dan menjadi agenda rutin. Suka bermusyawarah adalah prilaku sosial yang dicintai Allah, dan menjadi karakter penjaga hubungan sosial (silaturahmi) harmonis antar personal.

Bermusyarah dapat dilakukan dalam bebagai kesempatan, pelatihan, workshop, seminar, briefing, rapat-rapat khusus, dan obrolan santai. Semakin banyak dibuka berbagai alternatif musyawarah, sekolah akan semakin kondusif, karena semua warga sekolah dapat saling belajar dari pemikiran setiap satu sama lain.

Hal penting yang perlu dipahami para pendidik adalah berkomitken tinggi menaati segala hasil keputusan musyawarah. Hasil musyawarah adalah keputusan yang tidak bisa dibatalkan kecuali melalui musyawarah berikutnya berdasarkan hasil evaluasi. 

Tak ada sekolah tanpa masalah kecuali pekuburan. Namun, seyogyanya masalah-masalah yang timbul di sekolah semaksimal mungkin bukan karena kepribadian buruk hubungan interpersonal para pendidik, tetapi masalah dalam memperbaiki dan mengembangkan kecerdasan anak-anak didik. Wallahu ‘alam.

(Penulis Kepala Sekolah) 

2 comments:

  1. Betul pak tp bagaimana timbul masalah yg sama di sekolah tersebut akibat moral seorang guru yg seharusnya menjadi teladan namun akibat iman yang lemah terjadi pelanggaran kode etik yg berimbas lemahnya wi bawa penegakan hukum di sekolah tersebut?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kita harus menjadi guru yang terbaik untuk anak anak. terimaksih bu yuki atas kunjungannya

      Delete

Rumus Keluar Dari Kemiskinan Ala Timothy Ronald

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Pada kali ini Timothy membagi sumber kekayaan menjadi dua yaitu human capital dan financial capital. ...